Rabu, 23 Oktober 2019

ANGKATAN MUDA MUHAMMADIYAH DESA LOGANDENG MENGAJI, MENGUPAS PEMUDA BAPER “BAWA PERUBAHAN” DI MASJID AL-HIKMAH SIYONO KIDUL.


Acara pengajian rutin Angkatan Muda Muhammadiyah Desa Logandeng pada kesempatan ini dilaksanakan di Masjid Al-Hikmah Siyono Kidul pada hari Ahad, 20 Oktober 2019 dengan mengangkat tema Pemuda Baper “Bawa Perubahan”. Acara tersebut di isi oleh Ustadz Junendra dan dihadiri dari Pengurus & Anggota Angkatan Muda Muhammdiyah yang terhimpun dari remaja masjid se-Desa Logandeng serta Pengurus Karang Taruna Manunggal.
Kata baper “bawa perasaan” muncul sekitar tahun 2016 dikalangan milenial dan dalam kesempatan ini kami merubah menjadi kata yang positif yakni “bawa perubahan”. Mengangkat tema “Pemuda Baper” harapannya pemuda-pemudi dapat menjadi Agent Of Change untuk diri sendiri, lingkungan, bahkan negara.
Dalam perjalanan sejarah dunia, telah tertorehkan peran pemuda dalam hal perubahan. Tak terkecuali dalam sejarah bangsa Indonesia, pemuda menorehkan dengan berdirinya organisasi pemuda dimasa penjajahan dan tercetusnya Sumpah Pemuda 1928, hingga peran pemuda dalam membantu memproklamirkan kemerdekaan.
Pemuda masa kini adalah representasi bangsa Indonesia di masa depan, para pemuda memang belum banyak pengalaman tetapi di pundak mereka dan ditangan mereka para pemuda berani menawarkan masa depan.  Saat ini Indonesia sedang menikmati bonus demografi, pada tahun 2019 berdasarkan survey penduduk antar sensus (Supas), jumlah penduduk Indonesia mencapai 266,91 juta jiwa dimana penduduk yang produktif tergolong banyak lebih dari 68% dari total populasi. Sedangkan di Desa Logandeng berdasarkan survey penduduk tahun 2017, jumlah pemudanya mencapai 1.693 jiwa. Hal ini menjadi keuntungan jika kita mampu mengelolanya dengan baik tetapi jika tidak dikelola dengan tepat juga dapat menjadikan sebuah ancaman.
Banyaknya jumlah pemuda dan dikenal sebagai agen yang dapat membawa perubahan menjadi hal yang melatar belakangi diangkatnya tema tersebut.  Dijelaskan dalam kajian tersebut bahwa menjadi pemuda baper “bawa perubahan” dapat dimulai dengan meningkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT, pemuda baper tidak hanya merubah diri secara fisik, tetapi berubah untuk memperbaiki akhlak kemudian melakukan perubahan dapat bergaul dengan lingkungan yang baik dan dapat mencontoh orang-orang yang mengajak dalam kebaikan.
Kita dapat menemukan potensi diri kita, senantiasa untuk melakukan perubahan dan dimanfaatkan untuk beribadah kepada Allah SWT. Kita telah diingatkan dengan semangat dakwah pantang menyerah seperti tauladan kita Nabi Muhammad SAW dan tentang dakwah Nabi Nuh AS  yang berdakwah sampai 500 tahun, itupun beliau masih sedikit yang mengikutinya, berbeda dengan masa kini bahwa umat Islam di Indonesia menjadi paling banyak di dunia dan dapat menjadi salah satu faktor untuk melakukan perubahan menjadi lebih baik di bidang keagamaan. Perlu kita pahami dan sadari bahwa umat Islam adalah umat yang terbaik, lihat di QS. Al-Imran :110. Dalam melakukan perubahan kita harus saling kuat-menguatkan dan berkolaborasi antar-sesama.

Rabu, 18 September 2019

Budaya Rasulan dan Gotong Royong Memperkuat Identitas Kearifan Lokal Gunungkidul


Masyarakat daerah Gunungkidul masih terus melestarikan berbagai tradisi maupun budaya kearifan lokal yang diwariskan secara turun-temurun dari nenek moyang hingga generasi saat ini.
Warisan budaya dan tradisi leluhur yang adiluhung banyak tersimpan di Gunungkidul. Mulai dari kegiatan rasulan yang biasanya diadakan setahun sekali, kesenian tradisional seperti; tari, reog, dan jathilan, serta banyak budaya sosial kemasyarakatan yang masih lestari di Gunungkidul sampai era masa kini. Di era ini mulai dari pemuda hingga orang tua terus dituntut untuk menjaga dan melestarikan nilai-nilai tradisi yang masih kental dengan kearifan lokal tersebut agar tidak hilang di generasi selanjutnya.

  • ·          Rasulan

Rasulan atau biasa disebut dengan merti desa/bersih desa yaitu tradisi yang sudah berlangsung sejak jaman dahulu dan terus dilestarikan sampai saat ini oleh warga masyarakat Gunungkidul. Diadakannya rasulan sebagai ungkapan rasa syukur atas berkah dari hasil panen tanaman palawija dan hasil bumi lainnya yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Rasulan diadakan setelah selesai melakukan panen dan pelaksanaan biasanya per padukuhan/desa dengan waktu yang berbeda-beda.
Untuk memeriahkan tradisi rasulan, banyak rangkaian kegiatan dalam acara tersebut dimulai dengan bersih dusun membersihkan lingkungan sekitar mereka secara serentak. Kegiatan ini semakin semarak dengan adanya berbagai kegiatan keolahragaan seperti; turnamen bola voli, sepak bola, bulu tangkis, dan cabang olah raga lainnya. Selain itu, masih banyak pertunjukan seperti kesenian reog, kesenian jathilan, kethoprak, pentas musik campursari, kirab budaya, dan pementasan kesenian lainnya. Berbagai kegiatan rasulan biasanya ditutup dengan pertunjukan pagelaran wayang kulit yang digelar semalam suntuk. Pada saat hari pelaksanaan rasulan, setiap keluarga memasak masakan yang istimewa untuk di hidangkan kepada tamu yang datang ke rumah mereka.
Tujuan serta nilai positif yang dapat diambil dari berbagai rangkaian kegiatan tradisi rasulan tersebut yang pertama yaitu adanya kesadaran masyarakat bahwa rezeki yang telah di terima berasal dari Tuhan Yang Maha Esa yang pantas kita syukuri. poin ini berkaitan dengan inti dari pelaksanaan yakni ungkapan rasa syukur kepada Sang Maha Kuasa. Yang kedua yaitu mengajak masyarakat untuk berolahraga maupun mengolahragakan agar terciptanya masyarakat yang sehat jasmani dan rohani dengan berbagai kegiatan cabang olahraga yang di selenggarakan. Yang ketiga yaitu menciptakan atau menambah rasa kekeluargaan di lingkungan desa sekitar dan masyarakat selalu mempunyai rasa ingin berbagi dengan sesama serta mengedepankan kepentingan umun. Hal ini berkaitan dengan suksesnya kegiatan rasulan yang di selenggarakan warga masyarakat tersebut. Yang ke empat yaitu menciptakan semangat anak-anak hingga orang dewasa untuk melestarikan ataupun memelihara budaya dan kesenian lokal asli Gunungkidul. Hal ini tercermin dengan berbagai pertunjukan kesenian dan budaya yang ada di setiap kegiatan rasulan atau merti desa tersebut.

  • ·           Budaya sosisal kemasyarakatan

Karena masyarakat daerah Gunungkidul mayoritas masih mempunyai rasa kekeluargaan dan jiwa sosial yang tinggi sehingga masih mempertahankan budaya sosial kemasyarakatan seperti kegiatan kerja bakti/gotong-royong yang biasa disebut masyarakat jawa khususnya Gunungkidul dengan sesebutan sambatan yakni membantu sesama yang sedang melakukan pekerjaan besar seperti membangun rumah, panen palawija, hajatan dan lain sebagainya. Masyarakat juga masih kompak dan mempunyai semangat dalam kegiatan gotong-royong untuk kepentingan bersama seperti memperbaiki pos ronda, membangun jalan, membersihkan sungai dan sejenisnya.
Budaya kerja bakti/gotong-royong sudah ada sejak lama maka perlu di pupuk dan terus dilakukan karena itu mempunyai nilai sosial yang tinggi serta dapat mempererat kekeluargaan antar-sesama.