Masyarakat daerah Gunungkidul masih
terus melestarikan berbagai tradisi maupun budaya kearifan
lokal yang diwariskan secara turun-temurun dari nenek moyang hingga generasi saat ini.
Warisan budaya dan tradisi leluhur yang
adiluhung banyak tersimpan di Gunungkidul. Mulai dari kegiatan rasulan yang
biasanya diadakan setahun sekali, kesenian tradisional seperti; tari, reog, dan jathilan, serta banyak budaya sosial kemasyarakatan yang masih lestari di Gunungkidul sampai era masa kini. Di era ini mulai dari
pemuda hingga orang tua terus dituntut untuk menjaga dan melestarikan
nilai-nilai tradisi yang masih kental dengan kearifan lokal tersebut agar tidak
hilang di generasi selanjutnya.
- · Rasulan
Rasulan atau biasa disebut dengan merti
desa/bersih desa yaitu tradisi yang sudah berlangsung sejak jaman dahulu dan
terus dilestarikan sampai saat ini oleh warga masyarakat Gunungkidul. Diadakannya
rasulan sebagai ungkapan rasa syukur atas berkah dari hasil panen tanaman
palawija dan hasil bumi lainnya yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa.
Rasulan diadakan setelah selesai melakukan panen dan pelaksanaan biasanya per
padukuhan/desa dengan waktu yang berbeda-beda.
Untuk memeriahkan
tradisi rasulan, banyak rangkaian kegiatan dalam acara tersebut dimulai dengan
bersih dusun membersihkan lingkungan sekitar mereka secara serentak. Kegiatan
ini semakin semarak dengan adanya berbagai kegiatan keolahragaan seperti;
turnamen bola voli, sepak bola, bulu tangkis, dan cabang olah raga lainnya.
Selain itu, masih banyak pertunjukan seperti kesenian reog, kesenian jathilan,
kethoprak, pentas musik campursari, kirab budaya, dan pementasan kesenian
lainnya. Berbagai kegiatan rasulan biasanya ditutup dengan pertunjukan pagelaran
wayang kulit yang digelar semalam suntuk. Pada saat hari pelaksanaan rasulan,
setiap keluarga memasak masakan yang istimewa untuk di hidangkan kepada tamu
yang datang ke rumah mereka.
Tujuan serta nilai positif
yang dapat diambil dari berbagai rangkaian kegiatan tradisi rasulan tersebut
yang pertama yaitu adanya kesadaran masyarakat bahwa rezeki yang telah di
terima berasal dari Tuhan Yang Maha Esa yang pantas kita syukuri. poin ini
berkaitan dengan inti dari pelaksanaan yakni ungkapan rasa syukur kepada Sang
Maha Kuasa. Yang kedua yaitu mengajak masyarakat untuk berolahraga maupun
mengolahragakan agar terciptanya masyarakat yang sehat jasmani dan rohani
dengan berbagai kegiatan cabang olahraga yang di selenggarakan. Yang ketiga
yaitu menciptakan atau menambah rasa kekeluargaan di lingkungan desa sekitar
dan masyarakat selalu mempunyai rasa ingin berbagi dengan sesama serta
mengedepankan kepentingan umun. Hal ini berkaitan dengan suksesnya kegiatan
rasulan yang di selenggarakan warga masyarakat tersebut. Yang ke empat yaitu
menciptakan semangat anak-anak hingga orang dewasa untuk melestarikan ataupun
memelihara budaya dan kesenian lokal asli Gunungkidul. Hal ini tercermin dengan
berbagai pertunjukan kesenian dan budaya yang ada di setiap kegiatan rasulan
atau merti desa tersebut.
- · Budaya sosisal kemasyarakatan
Karena masyarakat
daerah Gunungkidul mayoritas masih mempunyai rasa kekeluargaan dan jiwa sosial
yang tinggi sehingga masih mempertahankan budaya sosial kemasyarakatan seperti
kegiatan kerja bakti/gotong-royong yang biasa disebut masyarakat jawa khususnya
Gunungkidul dengan sesebutan sambatan
yakni membantu sesama yang sedang melakukan pekerjaan besar seperti membangun
rumah, panen palawija, hajatan dan lain sebagainya. Masyarakat juga masih
kompak dan mempunyai semangat dalam kegiatan gotong-royong untuk kepentingan
bersama seperti memperbaiki pos ronda, membangun jalan, membersihkan sungai dan
sejenisnya.
Budaya kerja
bakti/gotong-royong sudah ada sejak lama maka perlu di pupuk dan terus
dilakukan karena itu mempunyai nilai sosial yang tinggi serta dapat mempererat
kekeluargaan antar-sesama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar