Selasa, 06 Oktober 2015

Lomba Tokhlik Gardu Desa Logandeng (Padukuhan Siyono Kulon)

Lomba Toklik Gardu, Siyono kulon dinilai senin malam

SIYONO KULON - Dalam rangka Lomba Toklik Gardu yang diikuti oleh sepuluh padukuhan di Desa Logandeng telah dimulai penilainnya pada malam hari Senin, 05 Oktober 2015.
Program Lomba dari Pemerintah Desa Logandeng ini bisa berjalan dengan lancar dan di respon positif oleh warga masyarakat yang antusias mengikuti perlombaan tersebut.
Senin malam (05/10/2015) tim juri dari Pemerintah Desa Logandeng yang dipimpin Kades Bapak Suhardi melibatkan Muspika Kecamatan Playen telah selesai menilai lomba 4 Padukuhan Yakni Padukuhan Pager, Plembon Lor, Plembon Kidul dan terakhir Padukuhan Siyono Kulon di saat penilaian malam pertama.
Sesampainya tim juri di Lingkungan Pos Ronda / Gardu Padukuhan Siyono Kulon, warga langsung menyambutnya, selang beberapa menit tim toklik menampilkan tabuhan tokliknya dengan harapan bisa juara dalam lomba ini agar bisa mengangkat nama Padukuhan Siyono kulon dengan Prestasi Toklik.
"Kegiatan Lomba Toklik ini bertujuan untuk meningkatkan kewaspadaan kita terhadap tindak kriminal yang berada di lingkungan sekitar juga mengangkat kembali kegiatan toklik yang selama ini tenggelam", Ujar Kepala Padukuhan Siyono kulon, Bapak Lasiyo.
"Harapan dari lomba ini, warga masyarakat Siyono Kulon agar bisa peka dan sigab terhadap keamanan lingkungan sekitar juga terus menggiatkan kegiatan Ronda", imbuhnya.
Sasaran penilaian tim juri adalah kekompakan warga masyakat dalam lomba toklik, ketertiban administrasi ronda, dan kelengkapan gardu seperti kode bunyi kentongan, gepyok dan sejenisya yang kaitannya dengan Pos kamling serta kegiatan ronda.

Sabtu, 19 September 2015

Sejarah Singkat Masjid Al-Ikhlas Siyono Kulon

Sebelum tahun 1989 Masehi, warga masyarakat islam Padukuhan Siyono Kulon ketika ingin ke masjid untuk beribadah paling dekat yakni Masjid Taqwa Siyono Tengah, karena di Siyono Kulon belum dibangun masjid. Seiring dengan berjalannya waktu para tokoh masyarakat berinisiatif mendirikan/membangun sebuah Masjid di Padukuhan Siyono Kulon diatas tanah wakaf.
Pada tanggal 03 Mei 1989 Warga masyarakat mulai membangun masjid diatas tanah wakaf seluas 155 m2 dan menghabiskan biaya pembangunan dengan total kurang lebih Rp 24.000.000,-. Selama proses pembangunan masjid warga masyarakat sangat antusias turut bergotong-royong dengan penuh semangat karena akan memiliki sebuah masjid baru yang kini diberi nama "Masjid Al-Ikhlas Siyono Kulon".
Setelah selesai pembangun sebuah masjid, diawal tahun 1990 masjid tersebut digunakan untuk shalat jumat pertama kali, disaat itulah warga mulai berbodong-bondong pergi ke masjid Al-Ikhlas guna melaksanakan Shalat fardhu berjamaah yang dipimpin seorang Takmir yaitu Bapak Ponidja yang sampai saat ini beliau masih menjadi ketua takmir.
Tahun demi tahun terus berjalan dan umur masjid semakin tua dan semakin rapuh bangunanya, maka warga Padukuhan Siyono kulon berinisiatif untuk merenovasi/membangun kembali dengan sumber dana dari infaq dan swadaya masyarakat. Pada tanggal 06 April 2015 Masjid Al-Ikhlas mulai dibongkar kembali dan dibangun kembali dengan ukuran bangunan lebih luas yang tercatat 120 m2, lebih tinggi dan juga lebih baik. disaat pembongkaran dan pembangunan itu telah memakan biaya sekitar 250 juta yang pada akhirnya selesai pembanguan pada tanggal 12 September 2015. setelah selesainya pembanguan, masjid terlihat lebih kokoh, baik, dan digunakan untuk beribadah seperti biasanya.

Senin, 14 September 2015

Profil Singkat Padukuhan Siyono Kulon

Siyono Kulon merupakan salah satu wilayah padukuhan yang bisa disebut tertua di Desa Logandeng, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul. Letaknya yang condong ke barat dari letak geografis Desa Logandeng. Padukuhan sebelah barat ini berbatasan dengan Padukuhan Sayangan, Desa Bandung. Aliran sungai yang melentang dari utara ke selatan itulah sebagai garis perbatasan kedua padukuhan tersebut. Dari sejak zaman dahulu, padukuhan ini mempunyai sebutan yakni jetis sebagai nama lain dari Padukuhan Siyono Kulon.
Kepala Padukuhan Siyono Kulon pertama kali dijabat oleh Bapak Karyo Dimeja dan pada masa itulah mendapatkan sesebutan lain yakni "miruda".
Setelah Bapak Karyo Dimeja lepas dari jabatan dukuh, kemudian Bapak Iman Adi alias Iman Karmiyo melanjutkan menjabat sebagai PJ (Pejabat Sementara) Dukuh Siyono Kulon tersebut.
Di era tahun 1985 secara demokratis masyarakat melakukan pemilihan Kepala Padukuhan, setelah melaksanakan pemilihan, munculah seorang nama Bapak Lasiyo yang mendapatkan suara terbanyak setelah pemungutan suara dan otomatis menjabat sebagai dukuh yang ke dua sampai masa purna yakni tahun 2017 dan digantikan oleh Ibu Febriana sampai tahun 2018 melalui proses seleksi sesuai aturan konstitusional saat ini. Kemudian tidak berselang lama, Ibu Febriana mengundurkan diri dari jabatan Dukuh Siyono Kulon, kemudian digantikan sementara oleh Bapak Suparno sampai dengan pelantikan Dukuh Siyono Kulon yang baru. Pada bulan September 2019 melalui poses seleksi dan munculah nama Yuli Ardianto sebagai dukuh Siyono Kulon saat ini. Padukuhan Siyono Kulon atau Jetis telah tercatat kurang lebih 558 orang penduduk dan telah terdiri dari tujuh RT yakni dari RT 28 sampai RT 34 dan luas wilayah padukuhan ini sekitar 27 ha.
Padukuhan Siyono Kulon mempunyai keluasan lahan pertanian ladang di sektor selatan dan dimanfaatkan warga masyarakat sebagai salah satu mata penacaharian yang menghasilkan bagi para petani, lahan pertanian yang bersifat tadah hujan ini seiring musim penghujan para petani menggarapnya untuk ditanami tanaman padi, setelah itu biasanya kedelai, disaat musim kemarau panjang mereka menanam berbagai macam seperti menyetren buah semangka, bawang merah, semangka, ketimun , kacang panjang, jagung dan lain sebagainya dengan pengairan menggambil air dari sumur ladang ataupun di  sungai agar pertanian mereka tetap hidup segar, hijau dan dapat menghasilkan. Ladang di wilayah pertanian Padukuhan ini mempunyai sesebutan yakni alas blumbang, dan alas salak.